- PDM Purworejo Launching program kelas Khusus di SMP Muhammadiyah Purworejo
- Milad ke 112, 7000 Jamaah Semarakkan Apel : Komitmen Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua
- Refleksi Resepsi Milad 112 : Agar Terhindar dari Banjir Bandang Muhammadiyah, Ditekankan 5J dan 3J
- Siswa SD Aisyiyah Purworejo Dapatkan Pembelajaran Mitigasi Bencana Longsor Berbasis STEM
- Semarak Milad Ke-60 UMPWR Adakan Workshop Sekolah Muhammadiyah se-Kabupaten Purworejo
- Workshop Pondok Pesantren
- Sutrisno Kepala SDKUB Muhammadiyah Purworejo yang baru : Siap Kolaborasi
- Dibalik Sukses Perjuangan Pengembangan Media, Kunci-nya Kolaborasi !
- Tria Patrianti: UKW Menjadi Langkah Strategis Tingkatkan Kualitas Jurnalis
- Sesi 1 Jambore Media Afiliasi, Jurnalis Harus Tingkatkan Profesionalitasnya
COVID -19 DAN MENJAGA KETAHANAN KELUARGA MUSLIM
Keterangan Gambar : Sumber : Muslimah Times
Saat
ini kita semua dihadapkan terjadinya wabah virus Covid 19 atau dikenal juga
dengan virus corona. Badan kesehatan dunia, WHO, menyatakan bahwa wabah virus
ini sebagai pandemi yang menjadi masalah global. Pemerintah Indonesia pun telah
menjadi virus corona ini menjadi bencana nasional. Virus corona jenis baru yang
mewabah mulai akhir tahun 2019 di Wuhan China ini, kini telah menyebar ke 140
lebih Negara/Wilayah di dunia.
Kasus
wabah virus corona ini adalah bagian dari bencana non alam. Dalam perspektif
ajaran Islam, bencana dapat dimaknai sebagai musibah yang bisa menimpa kepada
siapa saja, kapan dan di mana saja. Musibah adalah keniscayaan yang harus
dihadapi oleh setiap manusia. Sebagaimana Allah tegaskan dalam alQur’an surat
al-Baqarah ayat 155, yang berbunyi:
Baca Lainnya :
- Kemampuan HOTS (High Order Thinking Skills) dengan Pembelajaran Berbasis Proyek di masa Pandemi Covi0
- PGSD UM Purworejo Gelar Semnas Online Siapkan Pendidik 5.00
- LP3AK UM Purworejo Sapa Azerbaijan0
- Hutang Pengasuhan0
- Aksi Tolak RUU HIP, Tokoh Masyarakat dan Ormas Islam Datangi DPRD Purworejo0
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ
الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ
وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ – ١٥٥
Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan,
kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang sabar
Ayat
ini menunjukkan kepada kita bahwa musibah atau bencana adalah hal niscaya yang
harus dihadapi oleh setiap manusia. Bencana, apapun bentuknya, sesungguhnya
merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada manusia. Berbagai peristiwa yang
menimpa manusia pada hakikatnya merupakan ujian dan cobaan atas keimanan dan
perilaku yang telah dilakukan oleh manusia itu sendiri. Ketauhidan seorang
mukmin akan menuntunkan bahwa berbagai peristiwa yang menimpa manusia bukanlah
persoalan, karena manusia hidup pasti akan diuji dengan berbagai persoalan.
Peristiwa
yang merupakan musibah merupakan takdir Allah. Takdir di sini dimaknai dengan
sebuah ketetapan dan ketentuan Allah yang telah terjadi di hadapan kita. Hanya
Allah saja yang mengetahui ketetapan dan ketentuan-Nya. Manusia hanya dapat
mengetahuinya ketika ketetapan dan ketentuan tersebut terjadi. Adapun ketika
ketetapan dan ketentuan yang akan terjadi pada manusia juga tidak
mengetahuinya, hanya Allah saja yang Maha Tahu. Dengan demikian, manusia wajib
memohon kepada Allah dan berusaha untuk menyikapinya dengan penuh kesabaran
dalam rangka merubah keadaan yang dihadapinya menjadi lebih baik. Allah SWT
menegaskan dalam firman-Nya surat al-Anfaal ayat 53:
ذٰلِكَ بِاَنَّ اللّٰهَ لَمْ يَكُ
مُغَيِّرًا نِّعْمَةً اَنْعَمَهَا عَلٰى قَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا
بِاَنْفُسِهِمْۙ وَاَنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌۙ – ٥٣
Yang
demikian [siksaan] itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan
merobah sesuatu ni’mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga
kaum itu merobah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui
Problematika keluarga
yang muncul
1. Rasa
ketakutan, pesimis, stress
2. Ekonomi
3. Kekerasan
dalam rumah tangga
4. Pelecehan
seksual
5. Pengasuhan
anak
6. Penggunaan
hp yang full sepanjang hari
7. Pertengkaran
dalam keluarga
8. Perceraian
9. dll
Apa
itu Ketahanan keluarga?
Kondisi
darurat seperti saat ini sangat diperlukan kemampuan membangun ketahanan
keluarga. Ini yang akan membantu daya tahan keluarga dalam menghadapi
tantangan. Ketahanan keluarga merupakan kondisi dinamis suatu keluarga yang
memiliki keuletan dan ketangguhan secara fisik, psikis, mental dan spiritual
guna hidup mandiri, mengembangkan diri dan keluarganya sehingga tercipta
keluarga yang harmonis sejahtera lahir dan batin. Ada beberapa Komponen
terkait ketahanan keluarga, yakni sebagai berikut.
Pertama, ketahanan
spiritual, merupakan kekuatan keluarga dalam menerapkan nilai agama, dan
menjadikan agama sebagai benteng, tumpuan dan sandaran dalam menghadapi
berbagai persoalan.
Kedua,
ketahanan psikologis, yakni kemampuan keluarga untuk mengelola emosinya
sehingga menghasilkan konsep diri yang positif, dan kepuasan terhadap pemenuhan
kebutuhan dan pencapaian tugas perkembangan keluarga. Kemampuan mengelola emosi
dan konsep diri yang baik menjadi kunci dalam menghadapi masalah-masalah
keluarga yang bersifat non fisik.
Ketiga, ketahanan
Ekonomi, yakni terkait dengan kemampuan ekonomi keluarga. Ketahanan ekonomi
adalah kemampuan anggota keluarga dalam memperoleh sumber daya ekonomi dari
luar sistem keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti pangan, sandang,
papan (perumahan), pendidikan dan Kesehatan.
Keempat, ketahanan
sosial, yakni kemampuan keluarga untuk membangun interaksi sosial sebagai
bagian dari anggota masyarakat.
Bagaimana
membangun ketahanan keluarga?
Menjadi
kewajiban keluarga untuk menjaga dan menyelamatkan anggota keluarganya terlebih
dahulu dari segala resiko dan gangguan. Sebagaimana firman Allah dalam QS
At-Tahrim (66) ayat 6.
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ
عَلَيۡهَا مَلَٰٓئِكَةٌ غِلَاظٞ شِدَادٞ لَّا يَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَآ أَمَرَهُمۡ
وَيَفۡعَلُونَ مَا يُؤۡمَرُونَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan”.
Ada
beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk membangun ketahanan keluarga
Pertama Membangun ketahanan spiritual.
Memperkuat
dan mempertebal keimanan kepada Allah SWT. Iman yang kuat akan menuntunkan kita
pada sikap hidup yang optimis dan yakin akan pertolongan Allah. Seorang muslim
yang istiqomah dalam iman kepada Allah, maka akan ditiadakan rasa takut dalam
dirinya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Fushilat ayat 30:
اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا
اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا
تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ
تُوْعَدُوْنَ – ٣٠
“Sesungguhnya
orang-orang yang berkata bahwa Tuhan kami adalah Allah dan mereka istiqomah,
maka malaikat akan turun kepada mereka dan berkata; “janganlah kamu merasa
takut dan janganlah kamu bersedih hati, dan bergembiralah kamu memperoleh surga
yang telah dijanjikan kepadamu”
Iman
yang kuat akan menuntun pula pada sikap sabar. Bersabar bagi seorang muslim
hakekatnya adalah kesadaran bahwa keburukan yang terjadi pada dirinya adalah
rahmat Allah dan selanjutnya dia akan berusaha untuk merubah kondisi buruk yang
dihadapi sekarang untuk menciptakan kebaikan-kebaikan di masa yang akan datang.
Kebaikan yang dilakukan tidak hanya setelah musibah terjadi, tetapi lebih dari
seorang muslim akan berusaha semaksimal mungkin menciptakan kebaikan-kebaikan
jauh sebelum musibah itu terjadi.
Allah
akan memberikan keberkahan kepada kita semua, jika kita kembali kepada aturan
Allah.
وَلَوْ أَنَّ
أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا
كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Jikalau
sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.” (QS. Al-A’raf: 96)
Tafsir Surat Ath-Thur, ayat 21-28
{وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِإِيمَانٍ
أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَا أَلَتْنَاهُمْ مِنْ عَمَلِهِمْ مِنْ
شَيْءٍ كُلُّ امْرِئٍ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ (21) وَأَمْدَدْنَاهُمْ بِفَاكِهَةٍ
وَلَحْمٍ مِمَّا يَشْتَهُونَ (22) يَتَنَازَعُونَ فِيهَا كَأْسًا لَا لَغْوٌ
فِيهَا وَلا تَأْثِيمٌ (23) وَيَطُوفُ عَلَيْهِمْ غِلْمَانٌ لَهُمْ كَأَنَّهُمْ
لُؤْلُؤٌ مَكْنُونٌ (24) وَأَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلَى بَعْضٍ يَتَسَاءَلُونَ (25)
قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ (26) فَمَنَّ اللَّهُ
عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ (27) إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ
نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيمُ (28) }
Dan
orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikit
pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya. Dan Kami beri mereka tambahan dengan buah-buahan dan daging dari
segala jenis yang mereka ingini. Di dalam surga mereka saling memperebutkan
piala (gelas) yang
isinya tidak (menimbulkan) kata-kata yang tidak berfaedah dan
tiada pula perbuatan dosa. Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda
untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang
tersimpan. Dan sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain saling
bertanya. Mereka berkata, "Sesungguhnya kami dahulu sewaktu berada di
tengah-tengah keluarga kami merasa takut (akan diazab).” Maka
Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka.
Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dialah yang melimpahkan
kebaikan lagi Maha Penyayang.
Konsep
Keluarga Muslim
Quran Surat Ali ‘Imran Ayat 159
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ
لِنتَ لَهُمْ ۖ
وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ
حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ
عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى
ٱللَّهِ ۚ إِنَّ
ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan
mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertawakkal kepada-Nya.
Kedua,,
Membangun ketahanan psikologis. Situasi yang ada saat ini rentan menjadikan
seseorang mengalami tekanan batin, jika tidak mampu mengelola emosi diri.
dibutuhkan kesadaran diri untuk meningkatkan kematangan kepribadian.
memelihara, mengembangkan, dan menguatkan konsep diri, sikap, dan perilaku
positif. Menyadari bahwa kesulitan yang dihadapi saat ini dirasakan setiap
anggota keluarga. Siap beradaptasi dengan berbagai perubahan ketika pandemi
Covid-19 terjadi. Mensyukuri sekecil apapun nikmat yang diterima.Hubungan
keluarga yang harmonis menjadi landasan yang kuat dalam membangun ketahanan
psikologis.
Ketiga,Membangun
ketahanan ekonomi. Kondisi ekonomi yang semakin sulit mendorong masyarakat
untuk menggali, mengelola dan memanfaatkan sekecil apapun sumber daya yang ada.
Kebutuhan hidup memang beragam. Minimal memenuhi kebutuhan dasar yang perlu
diupayakan, seperti kebutuhan pangan. Menghadapai wabah yang belum tahu sampai
kapan berakhir menjadi tantangan tersendiri. Membangun ketahanan pangan di
tingkat keluarga menjadi tugas pertama. Penghematan harus dilakukan.
Pengelolaan keuangan perlu lebih hati-hati, dengan memprioritaskan kebutuhan
pokok terlebih dahulu. Beberapa hal sederhana juga bisa dilakukan, seperti
menanam tanaman hortikultura di sekitar rumah. Menanam sayuran, buah-buahan
atau ubi-ubian yang bisa dipanen dalam waktu singkat di sekitar rumah, perlu
digerakkan. Setiap keluarga bisa memanfaatkan lahan atau halaman sekitar rumah
sehingga lebih mudah untuk pemeliharaan. Atau menggunakan pola hidroponik
sehingga tidak membutuhkan lahan yang luas. Perlu dibuat gerakan keluarga
menanam tanaman hortikultura, minimal sebanyak jumlah anggota dalam keluarga.
Keempat,Membangun
ketahanan sosial. Keluarga perlu membangun kemampuan untuk berinteraksi dengan
lingkungan sosial sebagai bagian dari anggota masyarakat.Konsep pentingnya
kebersamaan sosial perlu dikuatkan. Misalnya dengan membangun jiwa gotong
royong, saling membantu dan saling menguatkan dalam menghadapi situasi genting
pandemi covid-19. Bila seseorang memiliki kepedulian kepada masyarakat di
sekitarnya, maka saat ia mengahapi kesulitan orang lainpun akan ringan
memberikan bantuan dan dukungan. Membantu orang lain tidak menunggu berlebih,
namun menunda kebutuhan sekunder untuk berbagi akan memberikan kehidupan yang
lebih bermakna.
Semoga
keluarga muslim semuanya mampu menghadapi masa sulit saat ini dengan memperkuat
ketahanan diri dan ketahanan keluarga. Semoga Allah memberikan bimbingan dan
kekuatan untuk kita semuanya.
Berikut
tips untuk menguatkan ketahanan keluarga selama pandemi corona.
1.
Menyegarkan, memperbaharui, reorientasi nilai, tujuan, makna
dan ikatan keluarga
2.
Meningkatkan fungsi agama dan pribadi yang religius; ketaatan
dan kepatuhan menjalankan ajaran agama
3.
Meningkatkan komunikasi dan interaksi dalam keluarga,
mendorong ekspresi saling peduli, menjaga, dan melindungi keluarga agar tidak
terpapar corona
4.
Mengatur ulang pengelolaan sumberdaya keluarga (waktu,
finansial, pengetahuan-keterampilan, energi perhatian) disesuaikan dengan fokus
tujuan keluarga selamat dari corona
5.
Memperbaharui keputusan keluarga (jika diperlukan), memilih
sumber informasi terpercaya tentang corona sebagai dasar perubahan keputusan
keputusan dalam keluarga
6.
Internalisasi nilai dan keterampilan hidup dalam sistem
keluarga, khususnya kepada anak dan generasi muda
7.
Memelihara dan atau meningkatkan kesehatan dan kebugaran
tubuh, dan tetap produktif di masa Work From Home (WFH) dan isolasi mandiri
8.
Memprediksi dan mengenali tekanan-tekanan dan masalah yang
muncul, dan mengelolanya serta menanggulanginya secara bijaksana dan efektif
9.
Mengenali kerentanan dan potensi krisis keluarga dan
mencegahnya supaya tidak menjadi krisis
10. Berinvestasi dalam proses membangun kelentingan
keluarga sebagai bagian dari upaya meningkatkan kapasitas menurunkan risiko
karena pandemik corona
11. Meningkatkan kematangan kepribadian;
memelihara, mengembangkan, dan menguatkan konsep diri, sikap, dan perilaku
positif
12. Berpartisipasi secara aktif dalam upaya
pemutusan penyebatan corona, dan atau berkontribusi materi untuk membantu
keluarga rentan dan pihak-pihak lain yang membutuhkan bantuan
Memperluas lingkungan yang dapat menjadi aset perlindungan keluarga (protective factor); mencari dukungan materi dan sosial (dari keluarga luas, teman, tetangga) jika keluarga membutuhkan bantuan.
Nur
Ngazizah, S,Si. M.Pd.
Majelis Tabligh PDA Purworejo
Dosen UM Purworejo