MELANGITKAN SALAT MEMBUMIKAN KURBAN
oleh : Hermawan, M.Pd.I (Dosen AIK Universitas Muhammadiyah Purworejo)

By A.M. Musdani 27 Jun 2022, 11:15:54 WIB Ceramah
MELANGITKAN SALAT MEMBUMIKAN KURBAN

unduh file pdf


Momen idul adha adalah salah satu waktu bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah, yaitu mendekatkan diri dengan menyembelih hewan kurban. Kurban sendiri berasal dari kata qaraba-yaqrabu yang berarti dekat, maka dengan ibadah kurban diharapkan mampu men-taqarub-kan posisi dan interaksi spiritual seseorang lebih dekat kepada Allah. Mari jadikan momen ini untuk mengingat kembali kedekatan Allah kepada hamba-hamba-Nya, Allah SWT menyatakan dalam al-Qur’an bahwa “fa inni qariib”, bahkan dekatnya Allah dengan kita sedekat hablun warid, yaitu sedekat urat leher kita. Selain dengan ibadah kurban, pendekatan diri yang lain kepada Allah SWT adalah dengan ibadah salat (wajib/sunnah). Jelas terekam dalam Surat Al-Kautsar ayat kedua:

Baca Lainnya :

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ 

Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.

 

Ayat di atas terangkai dengan tiga diksi faholli (salat), lirabbika (Tuhan-mu) dan wanhar (berkurbanlah). Ketiga diksi tersebut menunjukkan adanya kedekatan satu diksi dengan diksi yang lainnya. Tuhanmu (Allah), salatlah dan berkurbanlah, memberikan makna bahwa salah satu pola membangun taqarrub ilaalllah yaitu dengan mendirikan salat dan berkurban. Oleh karena itu, mari kita hayati penuh makna lagi tentang korelasi salat dan kurban sebagai pola pendekatan diri kepada Allah SWT. Kedekatan relasi salat dan kurban sebagai pola taqarrub tidak hanya terekam dalam Q.S Al-kautsar ayat kedua, terekam lain di dalam Q.S. Al-An’am ayat 162:

إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ 

sesungguhnya salatku, ibadah kurbanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

 

Penyebutan salat dan kurban secara bersamaan selain menunjukkan kedekatan keduanya dan sebagai pola pendekatan diri kepada Allah, memberi makna aditif bahwa salat dan kurban ibadah yang menujukkan keseimbangan dan kesempurnaan ibadah vertikal dan horisontal, ibadah yang mencerminkan nilai hablun minaallah dan hablun minannaas. Dalam salat, terkumpul beberapa unsur yang tidak terdapat pada ibadah lainnya. Salat melibatkan hati, lisan, pikiran dan gerak anggota badan. Tidak akan menegakkan shalat kecuali orang yang memiliki spirit ihsan. Sedangkan dalam kurban, seseorang harus menghadirkan sifat itsar (mendahulukan orang lain) demi rida Allah SWT. Menurut Syaikh Al-Sa’di Rahimahullah, Allah khususkan dua ibadah ini karena keduanya adalah ibadah qurbah (mendekatkan diri) yang paling utama. Karena salat mengandung ketundukan hati dan anggota badan kepada Allah. Sedangkan kurban, adalah taqarrub  kepada Allah dengan hewan kurban (harta) yang paling baik yang dimilikinya. Kurban juga men-training seseorang mengeluarkan harta yang sangat dicintai dan sayangi. Maka siapa saja yang mampu ikhlas dan ihsan dalam salat dan kurbannya, insyaallah mampu menghadirkan ikhlas dan ihsan pada semua ibadahnya.

Nabi Ibrahim a.s tidak hanya memberikan contoh berkurban kepada Allah SWT, tapi beliau juga menunjukkan kepada kita urgent-nya kedekatan salat dan kurban. Sangat banyak sekali ayat yang menjelaskan cerita kurbannya Nabi Ibharim a.s dan ternyata satu sisi Nabi Ibrahim a.s bertaqarub kepada Allah dengan salat, hal ini terdapat dalam firman Allah:

رَبِّ ٱجۡعَلۡنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ 

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (Q.S. 14: 40)

 

Sekali lagi, Nabi Ibrahim tidak hanya mengajarkan kurban kepada Allah SWT tapi juga mementingkan ibadah salat, maka dari itu nabi Ibrahim telah mengajarkan kepada kita tentang relasi salat dan kurban sebagai dua ibadah yang komprehensif (vertikal-horisontal). Mari kita ingat kembali, bukankah salat dan ibadah dengan harta adalah amalan yang Allah wajibkan pertama kali dalam al-Qur’an? Untuk meyakinkan ini mari kita ingat awal-awal surat Al-Baqarah; “…..dzalikal kitabu laa raiba fihi, hudal lilmuttaqin, alladzina yuqimunash shalata wa mimma razaqnahum yunfiqun”.

 

 

 

Semua pernyataan di atas tentang kedekatan salat dan kurban sebagai pola taqarrub kepada Allah dikuatkan dengan Hadits Nabi Muhammad SAW:

“مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ, فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا”. رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَابْنُ مَاجَه

Barangsiapa yang memiliki kelapangan (rezeki) dan tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati tempat salat kami.”  HR Ahmad dan Ibnu Majah.

Hadits di atas terdapat tiga kata kunci, yaitu berkurban, mendekati dan tempat salat. Hal ini memberikan pesan bahwa Nabi Muhammad SAW menjadikan kurban dan salat sebagai pola pendekatan diri kepada Allah SWT. Memberi makna bahwa kurban dan salat adalah satu paket amal soleh yang harus diaktualisasikan dalam kehidupan seorang mukmin. Salat adalah bukti kesalehan vertikal seseorang kepada Allah sedangkan kurban bukti kesalehan horisontal, bukti kesalehan sosial bermasyarakat. Itulah sebuah kesalehan yang komprehensif, melangitkan salat dan membumikan kurban tentunya dilakukan dengan penuh keikhlasan dan spirit ihsan. Nilai akhir dari kesalehan komprehensif tersebut adalah ketaqwaan kepada Allah SWT diiringi dengan diterimanya semua amal ibadah kita, Firman Allah SWT:

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ 

……Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang yang bertakwa". (Q.S. 3; 27)

Semoga Allah menerima salat, kurban dan semua ibadah kita dan digolongkan ke dalam klasifikasi muttaqin yang dijanjikan Allah SWT dengan Surga sebagai rumah terkahir. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamin.




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment

Loading....


Kanan - Iklan Sidebar

Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Instagram, Youtube dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.

Video Terbaru

Lihat semua video