- Sutrisno Kepala SDKUB Muhammadiyah Purworejo yang baru : Siap Kolaborasi
- Dibalik Sukses Perjuangan Pengembangan Media, Kunci-nya Kolaborasi !
- Tria Patrianti: UKW Menjadi Langkah Strategis Tingkatkan Kualitas Jurnalis
- Sesi 1 Jambore Media Afiliasi, Jurnalis Harus Tingkatkan Profesionalitasnya
- Jambore Pers Resmi Dibuka, Al Quran Harus Jadi Pedoman Berliterasi
- 3 Tradisi Muhammadiyah Sejak Kelahirannya
- Akar Masalah Pendidikan Karena Tingkat Literasi Rendah
- Athif Berhasil Memboyong 16 Medali Sekaligus dalam Lomba Renang
- Guru Muhammadiyah se-Kab.Purworejo Diasah Keterampilan Jurnalistik Digital
- 2 Kepala SMA Muhammadiyah Dilantik Ketua PWM Jawa Tengah
MELANGITKAN SALAT MEMBUMIKAN KURBAN
oleh : Hermawan, M.Pd.I (Dosen AIK Universitas Muhammadiyah Purworejo)
Momen idul adha adalah salah satu waktu
bagi kita untuk mendekatkan diri kepada Allah, yaitu mendekatkan diri dengan
menyembelih hewan kurban. Kurban sendiri berasal dari kata qaraba-yaqrabu
yang berarti dekat, maka dengan ibadah kurban diharapkan mampu men-taqarub-kan
posisi dan interaksi spiritual seseorang lebih dekat kepada Allah. Mari jadikan
momen ini untuk mengingat kembali kedekatan Allah kepada hamba-hamba-Nya, Allah
SWT menyatakan dalam al-Qur’an bahwa “fa inni qariib”, bahkan dekatnya
Allah dengan kita sedekat hablun warid, yaitu sedekat urat leher kita.
Selain dengan ibadah kurban, pendekatan diri yang lain kepada Allah SWT adalah
dengan ibadah salat (wajib/sunnah). Jelas terekam dalam Surat Al-Kautsar ayat
kedua:
Baca Lainnya :
- Siap Layani Masyarakat, PKU Muhammadiyah Kutoarjo Bangun Gedung 4 Lantai0
- Jamaah Kajian Malam Jumat Al Kahfi Masjid Darussalam Kutoarjo Belajar Manajemen Masjid Jogokariyan D0
- Tingkatkan Pemberdayaan dan Perekonomian Masyarakat, Sastra Kami Buat Beberapa Program Terobosan0
- MDMC Purworejo kuras sumur pasca banjir0
- Studi Banding SD Aisyiyah Unggulan Purworejo menuju DIY0
فَصَلِّ
لِرَبِّكَ وَٱنۡحَرۡ
Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan
berkorbanlah.
Ayat
di atas terangkai dengan tiga diksi faholli (salat), lirabbika (Tuhan-mu)
dan wanhar (berkurbanlah). Ketiga diksi tersebut menunjukkan adanya
kedekatan satu diksi dengan diksi yang lainnya. Tuhanmu (Allah), salatlah dan
berkurbanlah, memberikan makna bahwa salah satu pola membangun taqarrub
ilaalllah yaitu dengan mendirikan salat dan berkurban. Oleh karena itu,
mari kita hayati penuh makna lagi tentang korelasi salat dan kurban sebagai
pola pendekatan diri kepada Allah SWT. Kedekatan relasi salat dan kurban
sebagai pola taqarrub tidak hanya terekam dalam Q.S Al-kautsar ayat
kedua, terekam lain di dalam Q.S. Al-An’am ayat 162:
إِنَّ
صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحۡيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ ٱلۡعَٰلَمِينَ
sesungguhnya salatku, ibadah kurbanku, hidupku dan
matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
Penyebutan salat dan
kurban secara bersamaan selain menunjukkan kedekatan keduanya dan sebagai pola
pendekatan diri kepada Allah, memberi makna aditif bahwa salat dan kurban
ibadah yang menujukkan keseimbangan dan kesempurnaan ibadah vertikal dan
horisontal, ibadah yang mencerminkan nilai hablun minaallah dan hablun
minannaas. Dalam salat, terkumpul beberapa unsur yang tidak terdapat pada
ibadah lainnya. Salat melibatkan hati, lisan, pikiran dan gerak anggota badan.
Tidak akan menegakkan shalat kecuali orang yang memiliki spirit ihsan.
Sedangkan dalam kurban, seseorang harus menghadirkan sifat itsar
(mendahulukan orang lain) demi rida Allah SWT. Menurut Syaikh Al-Sa’di
Rahimahullah, Allah khususkan dua ibadah ini karena keduanya adalah ibadah qurbah
(mendekatkan diri) yang paling utama. Karena salat mengandung ketundukan hati
dan anggota badan kepada Allah. Sedangkan kurban, adalah taqarrub kepada Allah dengan hewan kurban (harta) yang
paling baik yang dimilikinya. Kurban juga men-training seseorang
mengeluarkan harta yang sangat dicintai dan sayangi. Maka siapa saja yang mampu
ikhlas dan ihsan dalam salat dan kurbannya, insyaallah mampu menghadirkan
ikhlas dan ihsan pada semua ibadahnya.
Nabi Ibrahim a.s tidak
hanya memberikan contoh berkurban kepada Allah SWT, tapi beliau juga
menunjukkan kepada kita urgent-nya kedekatan salat dan kurban. Sangat
banyak sekali ayat yang menjelaskan cerita kurbannya Nabi Ibharim a.s dan
ternyata satu sisi Nabi Ibrahim a.s bertaqarub kepada Allah dengan salat, hal
ini terdapat dalam firman Allah:
رَبِّ ٱجۡعَلۡنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن
ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku
orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (Q.S. 14: 40)
Sekali lagi,
Nabi Ibrahim tidak hanya mengajarkan kurban kepada Allah SWT tapi juga mementingkan
ibadah salat, maka dari itu nabi Ibrahim telah mengajarkan kepada kita tentang
relasi salat dan kurban sebagai dua ibadah yang komprehensif (vertikal-horisontal).
Mari kita ingat kembali, bukankah salat dan ibadah dengan harta adalah amalan
yang Allah wajibkan pertama kali dalam al-Qur’an? Untuk meyakinkan ini mari
kita ingat awal-awal surat Al-Baqarah; “…..dzalikal kitabu laa raiba fihi, hudal
lilmuttaqin, alladzina yuqimunash shalata wa mimma razaqnahum yunfiqun”.
Semua pernyataan di atas
tentang kedekatan salat dan kurban sebagai pola taqarrub kepada Allah
dikuatkan dengan Hadits Nabi Muhammad SAW:
“مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ, فَلَا يَقْرَبَنَّ
مُصَلَّانَا”. رَوَاهُ أَحْمَدُ, وَابْنُ مَاجَه
“Barangsiapa yang
memiliki kelapangan (rezeki) dan tidak berkurban, maka janganlah ia mendekati
tempat salat kami.” HR Ahmad dan
Ibnu Majah.
Hadits di atas terdapat
tiga kata kunci, yaitu berkurban, mendekati dan tempat salat. Hal ini memberikan
pesan bahwa Nabi Muhammad SAW menjadikan kurban dan salat sebagai pola
pendekatan diri kepada Allah SWT. Memberi makna bahwa kurban dan salat adalah
satu paket amal soleh yang harus diaktualisasikan dalam kehidupan seorang
mukmin. Salat adalah bukti kesalehan vertikal seseorang kepada Allah sedangkan
kurban bukti kesalehan horisontal, bukti kesalehan sosial bermasyarakat. Itulah
sebuah kesalehan yang komprehensif, melangitkan salat dan membumikan kurban
tentunya dilakukan dengan penuh keikhlasan dan spirit ihsan. Nilai akhir dari
kesalehan komprehensif tersebut adalah ketaqwaan kepada Allah SWT diiringi
dengan diterimanya semua amal ibadah kita, Firman Allah SWT:
…إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ
ٱللَّهُ مِنَ ٱلۡمُتَّقِينَ
……Sesungguhnya Allah hanya menerima (kurban) dari orang-orang
yang bertakwa". (Q.S. 3; 27)
Semoga Allah menerima salat, kurban dan semua
ibadah kita dan digolongkan ke dalam klasifikasi muttaqin yang dijanjikan Allah
SWT dengan Surga sebagai rumah terkahir. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamin.