- PDM Purworejo Launching program kelas Khusus di SMP Muhammadiyah Purworejo
- Milad ke 112, 7000 Jamaah Semarakkan Apel : Komitmen Menghadirkan Kemakmuran untuk Semua
- Refleksi Resepsi Milad 112 : Agar Terhindar dari Banjir Bandang Muhammadiyah, Ditekankan 5J dan 3J
- Siswa SD Aisyiyah Purworejo Dapatkan Pembelajaran Mitigasi Bencana Longsor Berbasis STEM
- Semarak Milad Ke-60 UMPWR Adakan Workshop Sekolah Muhammadiyah se-Kabupaten Purworejo
- Workshop Pondok Pesantren
- Sutrisno Kepala SDKUB Muhammadiyah Purworejo yang baru : Siap Kolaborasi
- Dibalik Sukses Perjuangan Pengembangan Media, Kunci-nya Kolaborasi !
- Tria Patrianti: UKW Menjadi Langkah Strategis Tingkatkan Kualitas Jurnalis
- Sesi 1 Jambore Media Afiliasi, Jurnalis Harus Tingkatkan Profesionalitasnya
MODEL PENDIDIKAN PROFETIK NABI IBRAHIM AS
Refleksi
Pendidikan di tengah Pandemi Covid 19
Nur Ngazizah, S.Si.M.Pd.
Dosen PGSD UMP Purworejo
Baca Lainnya :
- “Kembalilah kepada Allah” l Khutbah Idul Adha 1441 H - PCM Kutoarjo 0
- Selamat Milad Muhammadiyah, 8 Dzulhijjah 1330 - 1441H0
- SD Muhammadiyah Purworejo Gelar MPLS Daring0
- COVID -19 DAN MENJAGA KETAHANAN KELUARGA MUSLIM0
- Kemampuan HOTS (High Order Thinking Skills) dengan Pembelajaran Berbasis Proyek di masa Pandemi Covi0
Prof. Thomas Lickona
seorang guru besar pada Cortland University di Amerika, mengajukan 10
ciri/tanda zaman yang membawa suatu bangsa kepada kehancuran :
1.
Meningkatnya
kekerasan di kalangan remaja dan masyarakat.
2.
Penggunaan
bahasa dan kata-kata yang semakin memburuk.
3.
Pengaruh
peer-group (geng) dalam tindak kekerasan menguat.
4.
Meningkatnya
perilaku merusak diri, seperti narkoba, alcohol dan seks bebas.
5.
Semakin kaburnya
pedoman moral.
6.
Menurunnya etos
kerja.
7.
Semakin
rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru.
8.
Rendahnya rasa
tanggung jawab individu dan kelompok.
9.
Membudayanya
kebohongan dan ketidakjujuran.
10.
Adanya rasa
saling curiga dan kebencian antarsesama.
Bagaimana
fenoma yang terjadi di negara kita, msyarakat dan keluarga kita, apakah ada
ciri ciri di atas. Dalam kondisi pandemi covid 19 ini bagaimana yang terjadi
dengan keluarga dan anak anak kita. Mari kita gunakan dan ambil ibrah kondisi
pandemi covid 19 ini untuk memperbaiki pola Pendidikan yang ada di keluarga
kita dengan mencontoh dari pola Pendidikan profetik pada Nabi Ibrahim AS.
Mengapa mencontoh dari Pola Nabi Ibarim AS, karena Allah pun berfirman bahwa
Nabi Ibrahim adalah suri tauladan bagi kita. Seperti dalam firman Allah QS. Al Mumtahanah :4
{قَدْ كَانَتْ
لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ}
Sesungguhnya telah ada
suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama
dengannya. (Al-Mumtahanah:
Pilar-pilar dalam
Pendidikan profetik Nabi Ibrahim AS yang bisa kita teladani dan kita terapkan
dalam kehidupan kita adalah :
1. Memilih istri yang salehah daripada sekadar kecantikan
dan kekayaan.
Ibrahim
bersedia menikahi Siti Hajar, perempuan yang amat sederhana, berstatus budak,
berkulit hitam, bukan berparas cantik dan bukan pula kaya raya. Hajar adalah
hamba yang beriman, taat, berhati mulia, dan berakhlak terpuji. Ibrahim
termasuk orang yang mengedepankan istri karena keimanan dan kemuliaan akhlaknya
meskipun hanya seorang budak. Dengan memilih calon ibu yang baik agamanya dan
taat kepada Allah, maka akan bias mendidik putra putranya dengan akidah yang
kuat, ibadah yang bagus dan akhlaq yang mulia.
2. Berdoa agar
dikaruniai anak saleh
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ
الصَّالِحِينَ
Ya
Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
saleh. (QS. Ash-Shaffat :
100)
Doa
ini mengajarkan untuk mendidik anak tidak bisa dengan usaha belaka atau hanya sekedar mengandalkan kemampuan pribadi kita,tetapi
butuh kepasrahan jiwa memohon pertolongan-Nya. Merutinkan dan tetap
beristiqamah di dalam doa adalah wujud kepasrahan diri sebagai hamba yang lemah
tanpa kuasa dari Allah. Sehingga jangan pernah Lelah dan berputus asa dalam
doa.
3.
Teladan
bagi anak-anak dan keluarganya.
لَقَدْ
كَانَ لَكُمْ فِيهِمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ
يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْءَاخِرَ ۚ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ ٱللَّهَ
هُوَ ٱلْغَنِىُّ ٱلْحَمِيدُ
Sesungguhnya pada
mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan yang baik bagimu; (yaitu) bagi
orang-orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari Kemudian.
Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah Dialah yang Maha kaya
lagi Maha Terpuji. (Surat Al-Mumtahanah Ayat 6).
Dalam
perkembangan psikologinya, anak cenderung meniru (imitatif) orang-orang
sekitarnya, terutama dari orang tua. Di sinilah diperlukan keteladanan orang
tua, baik soal keimanan, ketaatan beribadah, sikap, maupun perilaku
sehari-hari. Apa yang dilakukan oleh orang tua, akan ditiru oleh putra
putranya, sehingga jangan sampai yang ditiru anak adalah perilaku perilaku yang
negative. Mari kita selalu berintrospeksi diri. Jika ada kesalahan pada diri
anak, jangan buru buru menyalahkan anak. Tapi lihatlah diri kita, apa yang
salah dengan diri kita.
4. Memilih
lingkungan yang baik untuk perkembangan mentalitas anak.
Setelah Hajar melahirkan Ismail, Ibrahim pun mengantarkan
mereka ke suatu tempat yang lengang, tandus, bernama Makkah. Lalu, Ibrahim pun
bermunajat agar tempat itu diberkahi dan baik untuk perkembangan mentalitas
anaknya
Bacaan dan terjemah Surat Ibrahim
ayat 35-41
وَإِذْ قَالَ
إِبْرٰهِيْمُ رَبِّ اجْعَلْ هٰذَا الْبَلَدَ اٰمِنًا
وَّاجْنُبْنِيْ وَبَنِيَّ أَنْ نَّعْبُدَ الْأَصْنَامَ ۗ٣٥
Ayat
35. Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa, "Ya Tuhan, jadikanlah negeri
ini (Mekkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar
tidak menyembah berhala.
رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيْرًا مِّنَ
النَّاسِۚ فَمَنْ تَبِعَنِيْ فَإِنَّهٗ مِنِّيْۚ وَمَنْ عَصَانِيْ فَإِنَّكَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ٣٦
Ayat
36. Ya Tuhan, berhala-berhala itu telah menyesatkan banyak dari manusia. Barang
siapa mengikutiku, maka orang itu termasuk golonganku, dan barang siapa
mendurhakaiku, maka Engkau Maha Pengampun, Maha Penyayang.
رَبَّنَا إِنِّيْ
أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ
ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْ إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ
الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ ٣٧
Ayat
37. Ya Tuhan, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah
yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang
dihormati, ya Tuhan (yang demikian itu) agar mereka melaksanakan shalat, maka
jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka
rezeki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.
رَبَّنَا إِنَّكَ
تَعْلَمُ مَا نُخْفِيْ وَمَا نُعْلِنُۗ وَمَا
يَخْفٰى عَلَى اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍ
فِى الْأَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاءِ ٣٨
Ayat
38. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yang kami sembunyikan dan
apa yang kami tampakkan; dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah,
baik yang ada di bumi maupun yang ada di langit.
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ
الَّذِيْ وَهَبَ لِيْ عَلَى الْكِبَرِ إِسْمٰعِيْلَ وَإِسْحٰقَۗ إِنَّ
رَبِّيْ لَسَمِيْعُ الدُّعَاءِ ٣٩
Ayat
39. Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku di hari tua(ku)
Ismail dan Ishak. Sungguh, Tuhanku benar-benar Maha Mendengar (memperkenankan)
doa.
رَبِّ اجْعَلْنِيْ مُقِيْمَ الصَّلٰوةِ وَمِنْ
ذُرِّيَّتِيْۖ رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ ٤٠
Ayat
40. Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan
shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.
رَبَّنَا اغْفِرْ
لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ يَوْمَ يَقُوْمُ الْحِسَابُ ؑ٤١
Ayat
41. Ya Tuhan kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang
beriman pada hari diadakan pehitungan (hari Kiamat)."
Jika
lingkungan baik, akan mudah membentuk perilaku anak, demikian sebaliknya. Dalam
arti lebih luas, orang tua mesti mengawasi pergaulan anak-anaknya, memilih
sekolah yang memerhatikan pembinaan sikap keberagamaan dan akhlak mulia,
termasuk memilih lingkungan tempat tinggal yang kondusif dan mendukung
perkembangan mentalitas anak ke arah positif.
Walaupun kondisi Makkah pada waktu itu sangat tandus nan
kering. Tapi, ia benar-benar yakin, bahwa Allah SWT ikut campur tangan di dalam
mendidik anaknya untuk menjadi generasi sholih, yang selalu menjalankan
perintah-Nya.
Di dalam dunia pendidikan modern, memilih lembaga pendidikan formal sangat penting, baik Negeri atau swasta. Tempat (lembaga Pendidikan) modern harus memiliki criteria, antara lain (1) Bagus serta Kondusif ketika dalam proses belajar mengajar (2) Lingkungan sehat, dan pergaulan juga mendukung (3) Manajemennya bagus dan disinplin, baik proses belajar atau adminitrasinya (4) Terhindar dari kontaminasi barang-barang terlarang (5) Kualitas tenaga pengajarnya mumpuni disiplin ilmunya masing-masing.
5. Bersifat
demokratis dan komunikatif kepada anak.
Sikap
demokratis dan komunikatif Nabi Ibrahim terlihat dari kisah penyembelihan
putranya.
Quran Surat As-Saffat Ayat 102
فَلَمَّا بَلَغَ
مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ
فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ
ۚ قَالَ
يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ
ٱلصَّٰبِرِينَ
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup)
berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya
aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar".
Dialog ini menunjukkan Nabi Ibrahim melibatkan
puteranya Nabi Ismail untuk berdiskusi terkait perintah Allah tersebut, tidak
semata karena itu perintah Allah kemudian langsung dilaksanakan tanpa
melibatkan puteranya. Ini adalah keteladan yang luar biasa bagi kita, bahwa
anak dilibatkan dalam mengambil keputusan, anak diajak berpikir bagaimana
menyikapi perintah Allah..
6. Mencintai anak
karena Allah.
Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail menempatkan cinta
kepada Allah di atas segala cinta, hal ini sebagai bukti ketaatannya pada
Allah. Bukti ketaatan itu adalah ditunjukkan dengan cinta, sedangkan bukti
cinta adalah berkurban. Kisah ini mengajarkan agar mencintai
anak semata-mata karena Allah. Sebab, jika kecintaan kepada anak melebihi cinta
kepada Allah, malapetaka akan ditimpakan dalam kehidupan keluarga itu (QS
al-Taubah [9]: 24).
قُلْ إِن
كَانَ ءَابَآؤُكُمْ وَأَبْنَآؤُكُمْ وَإِخْوَٰنُكُمْ وَأَزْوَٰجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَٰلٌ ٱقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرْضَوْنَهَآ أَحَبَّ إِلَيْكُم مِّنَ ٱللَّهِ
وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٍ فِى سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُوا۟ حَتَّىٰ يَأْتِىَ ٱللَّهُ
بِأَمْرِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ لَا
يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْفَٰسِقِينَ
Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang
kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad
di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya". Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.
Tafsir dari ayat di atas adalah Allah menyebutkan sebab yang melazimkan hal
itu, yaitu bahwa kecintaan kepada Allah dan RasulNya wajib didahulukan di atas
kecintaan kepada apa pun, dan menjadikan segala sesuatu menginduk kepadanya,
Dia berfirman, “katakanlah, ‘Jika bapak-bapak’,” sama juga ibu-ibu,
“saudara-saudara”, dalam nasab keluarga, “istri-istri, kaum keluargamu.” Yaitu
kerabatmu secara umum. “dan harta kekayaan yang kamu usahakan”, dan kamu
mendapatkannya dengan susah payah, ia disebutkan secara khusus karena ia paling
dicintai oleh pemiliknya, dan tentu saja pemiliknya lebih semangat dalam
menjaganya daripada orang yang mendapatkan harta tanpa usaha dan lelah “dan
perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya.” Yakni khawatir menipis dan
berkurang. Ini meliputi seluruh bentuk perniagaan dan usaha dalam berbagai
bentuk perniagaan seperti emas, bejana, senjata, perabot, biji-bijian, hasil
bumi, ternak, dan lain-lain. “Dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai”,
karena keindahannya, hiasannya, dan kesesuaiannya dengan hawa nafsumu, jika
semua itu “adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan (dari)
berjihad di jalanNya”, maka kamu adalah orang-orang fasik yang zhalim. “maka
tunggulah”, azab yang akan menimpamu “sampai Allah mendatangkan keputusanNya”,
yang tiada tertolak. “Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
fasik”, yaitu yang keluar dari ketaatan kepada Allah, yang mendahulukan salah
satu perkara di atas, daripada kecintaan kepada Allah. Ayat yang mulia ini
adalah dalil terbesar akan kewajiban mencintai Allah dan RasulNya, dan
mendahulukannya di atas kecintaan kepada segala sesuatu selain keduaNya, serta
ancaman keras dan kemarahan besar atas siapa saja yang salah satu dari yang
disebutkan ini lebih dia cintai daripada Allah, RasulNya, dan jihad di
jalanNya. Dan tandanya adalah bahwa jika dia dihadapkan pada dua perkara, yang
pertama dicintai oleh Allah dan RasulNya dan dia tidak memiliki hasrat padanya,
dan kedua dicintai dan diinginkan oleh nafsunya, akan tetapi ia mengakibatkan
lenyapnya apa yang dicintai oleh Allah dan RasulNya atau menguranginya, maka
jika dia mendahulukan apa yang diinginkan oleh nafsunya daripada apa yang
dicintai Allah, berarti itu menunjukkan bahwa dia zhalim dan telah meninggalkan
apa yang wajib atasnya.
Kewajiban
orang tua yang paling esensial adalah mendidik akidah anak, lalu menyelamatkan
mereka dari siksa neraka (QS al-Tahrim [66]: 6).
7. Melibatkan anak
membangun baitullah,
Beribadah
bersama anak, dan melibatkannya menegakkan agama Allah. Ibnu Katsir dalam kitab
Qishash al-Anbiya’ menjelaskan, Ismail turut mengumpulkan batu dan
mengulurkannya kepada Ibrahim, lalu Ibrahim membangun bangunan Ka'bah yang
sebelumnya rusak.
Ketika
membangun baitullah itu bersama anaknya, Ibrahim juga berdoa agar mereka
menjadi hamba yang taat dan negeri itu diberkahi (QS al-Baqarah [2]: 126-129).
Quran Surat Al-Baqarah Ayat 126
وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّ ٱجْعَلْ
هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَٱرْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنْ
ءَامَنَ مِنْهُم بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُۥ قَلِيلًا ثُمَّ
أَضْطَرُّهُۥٓ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa:
"Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan
berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara
mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang
yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani
siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali".
Quran Surat Al-Baqarah Ayat 127-129
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ
مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ
السَّمِيعُ الْعَلِيمُ (127)
رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ
وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ
عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (128)
رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ
يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (129)
Dan (ingatlah),
ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail
(seraya berdoa):` Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami),
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui `.(QS. 2:127)
Ya Tuhan kami,
jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah)
di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah
kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat
kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.(QS. 2:128)
Ya Tuhan kami,
utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan
kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al
quran) dan hikmah serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS. 2:129)
8.
Nabi
Ibrahim menginginkan dan mempersiapkan anak-anaknya menjadi pemimpin (imam)
yang diiringi doa.
Namun, Allah mengisyaratkan bahwa
keturunan Ibrahim yang dijadikan pemimpin bukanlah orang-orang yang zalim (QS
al-Baqarah [2]: 124).
۞ وَإِذِ ٱبْتَلَىٰٓ إِبْرَٰهِۦمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّى جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى
ٱلظَّٰلِمِينَ Dan (ingatlah), ketika
Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu
Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan
menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya
mohon juga) dari keturunanku". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak
mengenai orang yang zalim".
Dengan
begitu, Ibrahim mendidik anaknya menjadi anak yang berlaku adil, bukan bersifat
zalim, baik zalim secara akidah, yaitu syirik (QS Luqman [31]: 13) maupun zalim
terhadap diri sendiri karena melanggar perintah atau melaksanakan larangan
Tuhan (QS al-A’raf [9]: 23).
Sebagai
orang tua, seharusnya kita lebih mengkhawatirkan masa depan akidah anak-anak
kita daripada sekadar mengkhawatirkan karier dan kehidupan ekonomi mereka (QS
al-Baqarah [2]: 133-134).
أَمْ
كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا
تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَٰهَكَ وَإِلَٰهَ آبَائِكَ
إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَٰهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ
مُسْلِمُونَ
تِلْكَ
أُمَّةٌ قَدْ خَلَتْ ۖ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَلَكُمْ مَا كَسَبْتُمْ ۖ وَلَا
تُسْأَلُونَ عَمَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Adakah kamu hadir ketika
Ya’kub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya:
‘Apa yang kamu sembah sepeninggalku.’ Mereka menjawab: ‘Kami akan menyembah
Rabb-mu dan Rabb nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Rabb Yang
Mahaesa dan kami hanya tunduk kepada-Nya’”. (QS. Al-Baqarah: 133) Itu adalah
umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang sudah
kamu usahakan, dan kamu tidak akan dimintai pertanggungjawaban tentang apa yang
telah mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 134)
9. Kompak Dengan Istri.
Nabi Ibrahim bukan hanya
memilih tempat yang tepat. Tetapi, sang istri juga termasuk wanita tangguh
serta sholihah. Lihat saja, ketika Ibrahim diutus meninggalkan kota Makkah
menuju palestina. Sang istri tegar serta perkasa. Hajar menjadi single
parent, selama Nabi Ibrahim pergi ke-Palestina dalam rangka
melaksanakan perintah-Nya. Sejak kaki menginjak tanah Makkah, ia melempar pandangan
pada tanah kosong yang ada di sekelilingnya dengan perasaan tak menentu.
Siti Hajar setia kepada suaminya dan ia juga setia terhadap Allah Swt dan ini dibuktikan dari transkip dialog yang terjadi antara Siti Hajar dan Nabi Ibrahim : “Allahu amaroka bi hadza ?” (Apakah Allah yang memerintah kepadamu agar saya tinggal di sini ?) Nabi Ibrahim menjawab, “Na’am.” (Iya.) Kemudian Siti Hajar berkata lagi, “Idzan la yudlayyi’uni.” (Jadi kalau begitu, Allah tidak akan membiarkanku.). Memunculkan keyakinan seperti ini sangat sulit sekali apalagi ditengah kesulitan hidup yang menerpa Siti Hajar pada waktu itu. Akan tetapi beliau tetap teguh dan setia kepada Allah hingga pada akhirnya Allah mengabadikan kisahnya bersama putra kesayangannya Ismail As dalam pencarian air minum ketika Ismail kecil kehausan yang diabadikan Allah lewat kewajiban Sa’I yakni berlari kecil antara bukit Safa dan Marwa.. Hajar begitu ikhlas, sedangkan Ibrahim begitu yakin dengan istrinya yang mampu mendidik anaknya.
10. Tawakkal
kepada-Nya.
Karena hanya
tawakkal inilah yang bisa menghilangkan rasa kekhawatiran-kekhwatiran yang
menyelimuti dirinya. Bagaimana mungkin, sang ayah meninggalkan anak dan
istrinya ditempat yang kering, tandus, tiada satupun orang, semesntara itu
tidak ada tumbuhan yang dapat di makanan, atau mata air yang bisa digunakan air
minum.
الَّذِينَ قَالَ
لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ
إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيل
“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. ” (QS. Ali ‘Imron: 173).
Doa yang berada di
akhir surat tersebut Hasbunallah wa nikmal wakil adalah doa yang pernah dibaca
Nabi Ibrahim AS karena pasrah dan yakinnya kepada Allah. Karena tiada yang bisa
dimintai pertolongan selain Allah.