NILAI KEPEMIMPINAN DALAM SHALAT BERJAMAAH

By A.M. Musdani 23 Apr 2021, 20:23:46 WIB Ceramah
NILAI KEPEMIMPINAN DALAM SHALAT BERJAMAAH

Oleh : Iyus Herdiana Saputra, M. S.I*

Shalat berjama'ah sesungguhnya bukan hanya sekedar kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat Islam. Bukan pula hanya sekedar untuk mendapatkan pahala dua puluh tujuh derajat dibandingkan shalat sendiri. Akan tetapi shalat berjama'ah juga mengandung banyak pelajaran untuk dapat diterapkan dalam kehidupan manusia, khususnya terkait kepemimpinan di sektor publik. Pelajaran-pelajaran tersebut secara sederhana, bisa ditangkap dari beberapa hal sebagai berikut: 1) cara menentukan imam (pemimpin) shalat; 2) gerakan dalam shalat berjama'ah; 3) persiapan sebelum shalat; 4) bacaan shalat dan lain sebagainya. Berikut uraiannya:

1.       Kriteria memilih imam dalam shalat berjama’ah

Baca Lainnya :

                 Ada beberapa kriteria dalam memilih imam, diantaranya adalah yang bacaannya paling bagus, lebih tua, orang yang paling wara' (jauh dari perkara perkara dosa) dan lain sebagainya. Ini mengandung arti bahwa kriteria memilih pemimpin apapun tingkatannya maka hendaklah melihat kriteria pemilihan pemimpin dalam shalat berjama’ah di atas. Bacaan bagus berarti seorang pemimpin harus memiliki ilmu untuk memimpin, bukan orang yang tidak punya kapabilitas untuk memimpin. Lebih tua, bukan berarti meremehkan pemuda. Akan tetapi semakin banyak umur biasanya semakin bijak dan memiliki banyak ilmu kehidupan yang tidak akan didapat sebelum kita melalui masa tertentu. Paling wara' berarti sedapat mungkin mencari pemimpin yang mempunyai track record paling baik diantara calon yang ada.

2.       Gerakan dalam shalat berjama’ah

               Dalam shalat jamaah semua gerakan imam wajib diikuti oleh makmum yang ada di belakang tanpa terkecuali. Makmum tidak boleh mendahului gerakan imam. Ini mengandung arti bahwa sebagai warga atau anggota masyarakat tertentu, harus taat dan patuh kepada pimpinan, selama pemimpin tersebut berada dalam koridor yang dibenarkan syara', aturan atau undang-undang. Loyalitas orang yang dipimpin seperti loyalitas makmum dalam shalat berjamaah. Dalam kondisi imam melakukan kesalahan karena lupa ataupun yang lainnya, maka makmum wajib menegur dengan mengucapkan subhanallah, kemudian imam membenarkan gerakannya. Ini berarti bahwa sebagai seorang pemimpin jika berbuat salah atau keliru, hendaknya ia siap menerima teguran dari orang yang dipimpinnya dan mengoreksi apa yang salah. Dan sebagai orang yang dipimpin hendaknya menegur dan mengingatkan dengan cara-cara yang baik dan santun, bukan dengan cara-cara yang melecehkan, menghujat, mencaci, atau bahkan meninggalkan. Dalam sholat berjamaah juga mengajarkan bahwa ketika seorang imam dirasakan tidak bisa lagi memimpin shalat karena buang angin ataupun yang lainnya maka ia harus mengundurkan diri dari posisinya sebagai imam, jangan malah dipaksakan yang nantinya akan membawa keburukan bagi makmumnya. Sedangkan shalat berjamaah dilanjutkan dengan dipimpin oleh seorang jamaah yang berada tepat di belakang imam dengan melangkahkan kakinya untuk maju ke posisi imam dan menjadi imam. Dan sholat berjamaah tetap dilanjutkan sampai akhir.Ini berarti bahwa jika seorang pemimpin itu sudah tidak mampu untuk memimpin karena sebab tertentu, hendaklah dirinya mundur dari kepemimpinannya. Dan digantikan oleh orang yang berada di belakangnya.

3.       Persiapan sebelum Shalat

                            Sebelum melaksanakan shalat berjama’ah, imam biasanya mengingatkan makmum agar meluruskan dan merapatkan barisan shalat. Sebagaimana hadits Rasulullah.

 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رُصُّوا صُفُوفَكُمْ وَقَارِبُوا بَيْنَهَا وَحَاذُوا بِالْأَعْنَاقِ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنِّي لَأَرَى الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ مِنْ خَلَلِ الصَّفِّ كَأَنَّهَا الْحَذَفُ

Artinya : Dari Anas bin Malik ra. dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: lekatkanlah/rapatkanlah barisan kalian dan saling berdekatlah dan tempelkan pundak-pundak kamu. Demi dzat yang jiwaku berada dalam genggaman-Nya. Sesuhngguhnya aku melihat syetan memasuki diantara sela-sela shaf seperti hadzaf (anak kambing hitam, jenis kambing yang berada di daerah Yaman). (HR. Sunan Abi Daud, Juz 1, halaman 179, hadits 667)

           Hadis tersebut diatasi terkait dengan persatuan dan kesatuan dalam suatu kelompok (apapun levelnya), jika anggota dalam suatu kelompok terdapat jarak satu sama lain maka kelompok tersebut akan mudah dipecah-belah. Setan dalam hadits tersebut dapat diartikan sebagai provokator, penghasut dsb.

4.       Bacaan shalat

         Bacaan  pada sholat tertentu harus dibaca keras dan jelas agar terdengar oleh seluruh makmum. Ini mengandung arti komunikasi adalah poin yang begitu penting antara pemimpin dengan orang yang dipimpinnya, tidak hanya dengan bagian tertentu tetapi menyeluruh sampai ke jajaran terkecil.

Demikian kiranya beberapa pelajaran penting dari shalat berjama’ah. Semoga para pemimpin dan juga yang dipimpinnya dapat mengambil pelajaran dari shalat berjama’ah sebagaimana yang diajarkan dalam Islam.

 

Penulis : Iyus Herdiana Saputra (Dosen Universitas Muhammadiyah Purworejo)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

Write a comment

Ada 2 Komentar untuk Berita Ini

View all comments

Write a comment

Loading....


Kanan - Iklan Sidebar

Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Instagram, Youtube dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.

Video Terbaru

Lihat semua video